Hari ini masih terlalu siang sebetulnya, tp langit begitu gelap, sepeti hari sudah senja, yah..begitu petang hingga jarak pandang hanya terlihat beberapa meter saja.
Didepanku ada Avicenna, dia adalah anak ke-2 ku dsn aku biasa memanggilnya avis. Kelihatannya adek avis kurang enak badan dari pagi minta gendong, dan baru beberapa menit aku menaruhnya di ayunan dari kayu yang dibuatkan Bapakku beberapa hari lalu.
Sementara disampingku ada Ais, dia adalah anak pertamaku yang sedang tergeletak didepan kipas angin karena memang dia tidak tahan dengan udara panas. Ais sepertinya sedang bingung, jam sudah menunjukkan pukul 13.00 yang mengharuskannya berangkat ngaji sementara hujan makin lebat, semua pohon disekitarku basah, bahkan padi yang dikeringkan ibu di samping rumahku akhirnya ikut basah juga.
Suasana ini mengingatkan masa kecilku, saat aku berlari diantara titik-titik air hujan. Yah, aku memang hobi mandi air hujan. Bahkan ketika pulang sekolahpun aku enggan berteduh, berharap semua bajuku basah kuyup.
Braaaakkk!!!! "Suara apa itu??" Gumamku. Aku berlari menuju jendela dan melihat apa yang terjadi. Oh, ternyata itu suara seorang wanita terjatuh. Dia baru pulang dari sawah, terpeleset ketika naik sepedah disebelah barat jembatan dekat rumahku. Dengan membawa padi setengah karung, kira- kira 25 kilogram.
Semua padinya tumpah berserakan, seperti rata diatas paving jalan. Kasihan wanita itu, memungutnya kembali dan memasukkan kedalam karungnya yang sobek, segenggan demi segenggam.
Saat aku mendekatinya, kulihat kakinya bengkak mungkin karena benturan keras dengan paving jalan, ujung jarinya berdarah, oh kukunya terkelupas, darah yang keluar begitu banyak, aku membantunya mengambilkan air membersihkan lukanya, kemudian ku ambil daun belantara, kutumbuk dengan alat seadanya lalu kutaruh diatas lukanya.
Entahlah aku pun tak tahu manfaat tumbukan daun belantara secara medis, tapi waktu kecil aku biasa melakukannya jika terluka, dan darahku pun bisa berhenti keluar.
Aku mengajaknya kerumah, agar ibu itu istirahat sebentar tapi dia menolak, aku beranjak ingin mengambilkan segelas air minum untuknya. "Tidak usah, nak! Air bekalku masih banyak, ibu buru-buru karena anakku pulang sekolah dan aku belum menyiapkan lauk untuknya" ucapnya kepadaku. Dan ia pun langsung pergi melanjutkankan perjalanan pulang.
Ternyata gabah yang tumpah itu akan ia belikan lauk untuk anaknya. Begitu besar perjuangan seorang ibu, demi anaknya hujan dan perih dilukanya tak dihiraukan.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon